BERITA RIAU, INDRAGIRI HILIR - Riau tak hanya elok dengan wisata alam. Negeri ini juga sarat dengan wisata religi. Satu di antaranya adalah makam Syekh Abdurrahman Siddiq di Kampung Hidayat Sapat Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.

 http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Inhil
komplek makam syekh abdurrahman siddiq
Syekh Abdurrahman Siddiq adalah seorang ulama besar yang pernah menjadi Mufti di Kerajaan Indragiri. Ia diangkat Sultan Mahmud Shah (Raja Muda) sebagai Mufti Kerajaan Indragiri pada tahun 1919-1939. Setelah wafat, ulama ini dimakamkan di Kampung Hidaya Sapat, Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.

Berkunjung ke tempat ini tidaklah begitu sulit. Dari pusat Kota Tembilahan kita menuju Pelabuhan RSUD. Dari tempat ini, kita menaiki perahu motor. Masyarakat setempat menyebutnya dengan perahu Pancung. Biaya yang dikeluarkan untuk menuju ke Kampung Hidayat Sapat sekitar Rp 50 ribu.

 http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Inhil
bangunan makam syekh abdurrahman siddiq
Mesin perahu mulai dihidupkan, perlahan-lahan kami mulai meninggalkan pelabuhan. Setelah memakan waktu hampir tiga puluh menit perahu bersandar di Dermaga Hidayat Desa Teluk Dalam. Dan kami menempuh jalur darat sekitar dua kilometer dengan menggunakan ojek untuk menuju Komplek Makam.

Kami pun menemui salah satu dari cucu Syekh Abdurrahman Siddiq yakni Badrul Zaman yang mulai menceritakan awal mula kedatangan Syekh ke kampung Sapat. Syekh Abdurahmmad Siddiq dilahirkan pada tahun 1857 di Kampung Dalam Pagar Martapura, Kalimantan Selatan.

Ketika dewasa, Syakh makin giat menuntut ilmu agama. Beliau melakukan perjalanan menuntut ilmu ke Padang, Sumatera Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan di Padang pada 1882, beliau masih haus ilmu. Maka pergilah syekh ke kota kelahiran Islam, Makkah pada tahun 1887.

Di tanah suci, Abdurrahman Siddiq banyak menghadiri majelis ilmu para ulama ternama Saudi. Tak hanya di Makkah, ia pun giat bergabung di halaqah-halaqah ilmu di Masjid Nabawi di Madinah. Kegiatan tersebut ia lakukan hingga tujuh tahun lamanya. Bahkan Syekh juga sempat menjadi pengajar di Masjidil Haram selama dua tahun sebelum kemudian kembali ke tanah air.

Syekh Abdurrahman sempat ditawari menjadi Mufti di Batavia, Tanjung Pinang dan Johor Baru tapi beliau menolak karena didaerah tersebut sudah banyak memiliki ulama.

“Dan terakhir beliau ditawari menjadi Mufti di kerajaan Indragiri kemudian beliau menerima dengan mengajukan tiga syarat. Pertama belliau meminta agar tidak digaji, kedua beliau tidak mau tinggal di kerajaan dan terakhir beliau meminta agar diijinkan untuk membuka perkebunan,” jelas Badrul

“Misi beliau kesini untuk menegakkan akidah karena dulu di kampung ini banyak masyarakatnya yang menganut paham animisme atau percaya pada roh-roh. Dan beliau tergugah hatinya untuk membetulkan agar mereka tidak melenceng,” ujarnya.

Usai berbincang kami pun bergerak menuju komplek Pemakaman Syek Abudrrahman Siddiq, di sana sudah banyak masyarakat yang sedang berziarah. Para penziarah yang datang tidak hanya dari Kabupaten Inhil saja namun berbagi penjuru daerah lainnya bahkan ada yang datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Yaman bahkan Afrika.

Makam Syekh Abdurrahman Siddiq ini tidak pernah sepi dari peziarah, karena hampir setiap hari selalu ada peziarah terutama masyarakat Kab. Indragiri Hilir dan juga berbagi penjuru daerah lainnya. Bahkan ada yang datang dari Luar Negeri seperti Singapura, Malaysia, Yaman bahkan Afrika.

Dan oleh sebab itu makam ini tidak pernah ditinggalkan oleh keturunan beliau. Konon katanya Makam syekh Abdurrahman Siddiq ini telah beliau bangun sewaktu beliau masih hidup.

 http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Inhil
tak tanggung tanggung peziarah yang datang ke
makam syekh abdurrhaman siddiq ada yang berasal dari benua Afrika
Salah Satu makam yang ada di pusara di samping kanan makam Syekh Abdurruahman Siddiq ini adalah Mak Ciknya Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq, yaitu Siti Sa’idah yang mengasuh beliau ketika ditinggalkan orangtuanya ketika berumur 2 tahun hingga dewasa.

Di sampingnya lagi adalah makam salah seorang istri beliau, selain itu adalah yang ada di sekitarnya terdapat juga makam-makam murid dan juga masyarakat sekitar.

Iffah seorang penziarah dari Sungai Luar mengaku rutin berkunjung ke Makam Syekh untuk melakukan ziarah. “ Saya biasanya ke sini tidak sendiri, selalu mengajak anak dan suami,” ungkapnya.

Kurang Perhatian

Kompleks pemakaman ulama besar Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif bin Mahmud bin Jamaluddin Al-Banjari, yang berada di Kampung Hidayah, Sapat, Kabupaten Indragiri Hilir, memang masih perlu perhatian dari pemerintah.

Sebagai contoh, dermaga yang dibuat sederhana bahkan jalannya sudah berlobang hanya ditutupi ban bekas, kemudian jalan menuju makam sekitar dua kilometer terbuat jalannya kecil dan sudah rusak.

“Kondisi disini memprihatinkan bang, tidak menggambarkan kalau disini ada makam seorang ulama besar mufti kerajaan Indragiri. Lihat saja kondisi jalannya belum lagi dermaganya,” ungkap Dani, seorang tukang ojek.

Kemudian masjid yang dekat makam sekarang kondisinya sedang direhabilitasi tetapi terkesan terbengkalai, karena menurut panitia masjid pembangunan masjid tersebut kekurangan dana.(wis)

Riau tak hanya elok dengan wisata alam. Negeri ini juga sarat dengan wisata religi. Satu di antaranya adalah makam Syekh Abdurrahman Siddiq di Kampung Hidayat Sapat Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.

Post a Comment

Powered by Blogger.