BERITA RIAU, INDRAGIRI HULU - Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian LHK Hartono miris dengan kondisi perambahan hutan di Taman Nasional Tesso Nillo. Untuk itu Ia berharap jangan sampai Tesso Nillo hanya tinggal sejarah bagi Riau.

 http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Inhu
"Jangan sampai nantinya, Riau pernah punya Taman Nasional Tesso Nillo, hanya tinggal sejarah akibat habis dijarah dialih fungsikan jadi kawasan perkebunan," ujar Hartono saat menghadiri acara Group Diskusi Pembahasan Penanganan Konflik dan Rencana Pemulihan Ekosistem di Taman Nasional Tesso Nillo di Kantor Gubernur.

Dalam group diskusi ini juga dihadiri Batin di kawasan TNTN, Pemprov Riau dan sejumlah stakeholder terkait yang berkaitan dengan Taman Nasional Tesso Nillo termasuk aparat Kepolisian dan TNI.

Dari data yang ada saat ini, dari luas kawasan TNTN sebelumnya 80 ribu hektar kini hanya tersisa 21 ribu lagi selainnya sudah dirambah menjadi perkebunan kelapa sawit.

"Saya rasa masalah perambahan ini tidak hanya terjadi di Riau, tapi di luar daerah juga mengalami hal yang sama," jelas Hartono.

Anehnya lagi menurut Hartono, ada 3000 hektar luas lahan eks konsesi kini sudah berubah menjadi Hutan Produksi yang ditanam akasia.

"Tidak pantas ditanam di Taman Nasional akasia," jelas Hartono.(dow/tri)

Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian LHK Hartono miris dengan kondisi perambahan hutan di Taman Nasional Tesso Nillo. Untuk itu Ia berharap jangan sampai Tesso Nillo hanya tinggal sejarah bagi Riau. "Jangan sampai nantinya, Riau pernah punya Taman Nasional Tesso Nillo, hanya tinggal sejarah akibat habis dijarah dialih fungsikan jadi kawasan perkebunan," ujar Hartono saat menghadiri acara Group Diskusi Pembahasan Penanganan Konflik dan Rencana Pemulihan Ekosistem di Taman Nasional Tesso Nillo di Kantor Gubernur. Dalam group diskusi ini juga dihadiri Batin di kawasan TNTN, Pemprov Riau dan sejumlah stakeholder terkait yang berkaitan dengan Taman Nasional Tesso Nillo termasuk aparat Kepolisian dan TNI.

Post a Comment

Powered by Blogger.