NASIONAL, SUMATERA BARAT - Sekelompok wisatawan nusantara, anak lelaki remaja, ada 13 orang, bergantian naik tebing bebatuan berkemiringan 80-90 derajat dengan bantuan dua utas tali. Sampai di puncak ketinggian sekira 25 meter setelah istirahat sejenak, satu per satu ambil ancang- ancang. Wauw…mereka terjun bebas, ternyata. Uji adrenalin, begitu cepat berlalu. Hanya dalam hitungan detik; brurrrr... mereka terjun ke lautan sedalam lebih kurang 30 meter.

http://www.riaucitizen.com/
Gadis-gadis Minang yang cantik dan ramah siap menyambut kedatangan wisatawan di Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. (Foto Yurnaldi)
Ketika muncul ke permukaan laut, dia berenang menuju perahu motor titik tempat mereka berkumpul. Lalu, naik lagi ke puncak tebing dan terjun bebas lagi. Gerimis petang hari Sabtu pekan lalu, tak menyurutkan nyali dan semangatnya untuk kembali melakukan aksi terjun bebas (high cliff jumping). 

Mereka bersorak riang, karena merasakan berhasil menaklukan ketakutan diri sendiri. Senang, karena tak perlu jauh-jauh ke Eropah atau Hawaii menikmati sensasi terjun bebas ke laut. Cukup di Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh yang tiada duanya.

http://www.riaucitizen.com/
Terjun bebas di Pulau Sironjong Ketek. (Foto : Yurnaldi)
Suasana dan sensasi dari atraksi terjun bebas itu hanya ada di Pulau Sironjong Kaciak, Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh, Nagari Mandeh, Kecamaan XI Koto Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, sekitar 65 km selatan Kota Padang, Sumatera Barat. 

Pulau Sironjong Kaciak (luas sekira 3 hektar) adalah salah satu pulau di Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. Pulau lainnya adalah Pulau Bintangor (37 ha), Pulau Pagang (32 ha), Pulau Ular (1 ha), Pulau Marak (256 ha), Pulau Cubadak (705 ha), Pulau Taraju (3 ha), Pulau Setan Gadang (1 ha), Pulau Sironjong Gadang (25 ha).

http://www.riaucitizen.com/
Gambaran umum Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. (Repro foto: Yurnaldi)
Masih di kawasan Pulau Sironjong Kaciak. Tim penyelam beranggotakan 16 orang dari Universitas Bung Hatta Padang, di bawah komando Indrawadi Mantari dan Mabruri Tanjung, tampak tengah menyelam pada kedalaman 20-30 meter. Dua penyelam berpengalaman ini tengah mendokumentasikan pesona surga bawah laut sembari berburu foto ikan hias Balong Padang (Premnas Epigrammata atau Premnas Biaculeatus) ikan hias endemik perairan Samudera Hindia di wilayah Mandeh Sumatera Barat.

http://www.riaucitizen.com/
Perjalanan laut di Samudera Hindia dari Padang menuju Kawasan Wisata
Bahari Terpadu Mandeh, di Pesisir Selatan. Gerbang
Mandeh tampak di depan mata. (Foto: Yurnaldi)
Hari itu, ikan hias Balong Padang tak tertangkap kamera, kecuali ubur-ubur raksasa. Sementara itu, ketika menyelam di kedalaman 1-3 meter, tim penyelam mendapatkan transpalantasi karang yang dulunya diupayakan Universitas Bung Hatta (UBH) Padang sudah merimba. Tumbuh berkembang subur dengan luar biasa.

“Ditranspalantasi tiga tahun lalu, kini kawasan seluas sekitar 3 hektar, terumbu karangnya merimba luar biasa. Sejumlah spesies ikan berkeliaran dan bergerombolan di seputar terumbu karang. Ini di luar dugaan,” kata Indrawadi, yang juga juru bicara (Humas) Universitas Bung Hatta Padang.

Cuma, di beberapa titik ditemukan terumbu karang yang rusak. Diduga, ada kapal yang turunkan sauh di kawasan terumbu karang. 

Menurut Mabruri Tanjung, nilai jual Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh utamanya terletak pada terumbu karang dan kekayaan bawah laut lainnya. “Saya kalau sudah menyelam, apalagi sembari berburu foto bawah laut, ada sensasi yang luar biasa, yang membuat kita betah berlama-lama menyelam,” papar Tanjung.

Pesona Pulau Cubadak di Kawasan Mandeh. (Sumber foto: ://www.klikhotel.com)
Tak jauh dari itu, kita kemudian bisa menikmati pesona Pulau Cubadak, yang merupakan kawasan wisata eksklusif di Mandeh. Selain masih perawan, pulau ini terlihat sangat menawan. Menurut cerita masyarakat sekitar pulau ini dahulu adalah bekas kawah dengan luas kurang lebih 40 km persegi. Di kawasan ini, para wisatawan dapat menikmati udara yang bersih, laut yang biru, angin pantai yang semilir, dan terdapat beberapa spot menyelam yang sangat sayang untuk dilewatkan. 

Tak heran kalau Pulau Cubadak merupakan salah satu surga bagi para penyelam. Bagi yang ingin menginap di Pulau Cubadak, tersedia berbagai cottage yang dibangun dengan sentuhan tradisional dan natural. Harga sewanya mulai dari Rp1.900.000 per malam untuk wisatawan mancanegara dan Rp900.000 per malam untuk wisatawan nusantara.

Bangkai kapal MV Boelongan Nederland yang tenggelam tahun 1942 
di perairan Mandeh. (Repro foto: Yurnaldi)
Kawasan wisata Mandeh, yang dijuluki sebagai Paradise of the south tak hanya sekadar menawarkan terumbu karang yang jauh lebih bagus dan beragam dari Bunaken, dengan ikan hias endemik yang tiada duanya di dunia, tetapi juga menyimpan harta karun berupa situs kapal tenggelam milik Belanda, MV Boelongan Nederland. Dalam arsip Koninklijke Paketvaart Mij (KPM) dan arsip pemerintah Belanda di National Archive The Haque, disebutkan bahwa MV Boelongan Nederland yang dibuat tahun 1915 berdimensi 72,6 x 11,63 x 3,7 m, tonase 1053 gross ton dan dinakhodai oleh Kapten ML Baverling tersebut tenggelam karena dibom oleh pesawat tempur jepang pada serangan udara tahun 1942 di perairan Mandeh, Pesisir Selatan. 

Bangkai kapal secara keseluruhan masih relatif utuh dengan kerusakan di beberapa bagian dan sebagian badan kapal sudah terbenam dalam substrat lumpur dan berada di kedalaman 17-29 meter. Bangkai kapal tenggelam terbuat dari Materi besi dan bagian-bagian kapalnya seperti lambung, lubang palka, jendela-jendela, haluan, dan buritan masih terlihat jelas dan mudah diidentifikasi. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arif Yahya
dan Adrinof A Chaniago (Foto: Yurnaldi)
Peristiwa penting terkait dengan tenggelamnya kapal MV Boelongan Nederland adalah tenggelamnya kapal KPM Van Imhoff, yang isinya sebagian besar adalah para tahanan Jerman yang termasuk Poros As. Pada tanggal 18 Januari 1942, Van Imhoff akan berlayar ke India namun Belanda berniat untuk mengumpankan Van Imhoff kepada Jepang. Tanggal 19 Januari 1942, sesuai perkiraan Belanda, Van Imhoff dibombardir dari udara oleh Jepang tanpa mengetahui bahwa kapal tersebut sebenarnya berisi orang-orang Jerman yang merupakan sekutu bangsa Jepang sendiri.

Keesokan harinya, 20 Januari 1942, menurut catatan sejarah, MV Boelongan Nederland mendekat ke arah puing Van Imhoff, namun mereka tidak menolong para korban Van Imhoff yang masih hidup. Akibatnya, hampir semua orang Jerman meninggal. Jepang membayar perlakuan kapal MV Boelongan dengan mahal.

MV Boelongan Nederland sudah ditetapkan sebagai Situs Budaya Bawah Air dan kawasan Konservasi Maritim. Situs kapal tenggelam di kedalaman 17-29 meter ini, tentu saja menjadi alternatif unggulan penyelaman situs kapal tenggelam di Indonesia, yang bisa menyaingi situs kapal tenggelam USAT Liberty Wreck di Tulamben, Bali.

http://www.riaucitizen.com/
Salah satu potensi kawasan Mandeh. (Foto : Yurnaldi)
Mimpi-mimpi Mandeh Saya masih ingat, 10-15 tahun lalu Kawasan Mandeh sudah ingin dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang menarik oleh Bupati Pesisir Selatan Darizal Basir, ketika itu. Saya pun sudah berkali-kali membuat reportase untuk Kompas. Jalan ke puncak Mandeh masih jalan tanah dan baru dibuka. 

Dari segi kelengkapan fasilitas dan infrastruktur Kawasan Mandeh masih kalah dari Bunaken, Raja Ampat, Bali, dan Lombok yang sudah maju duluan wisata baharinya. Akan tetapi dari sisi keindahan atas dan bawah laut, Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh jauh lebih unggul dan lengkap. Bahkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengibaratkan Mandeh sebagai Raja Ampat di Sumatera. 

“Saya sederhanakan, Mandeh ini Raja Ampatnya Sumatera. Kalau sering lihat Raja Ampat, ini mirip,” ujar Arief ketika berkunjung tanggal 15 Mei 2015 lalu. Sumatera Barat dengan panjang garis pantai 375 km, potensi keindahan alamnya memang luar biasa, bahkan melebihi daerah lainnya di Indonesia. Tak hanya keindahan di atas laut, tapi juga keindahan alam bawah laut. Karena itu, biar cepat berkembang dan berdampak pada perekonomian masyarakat, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata di Mandeh harus dipercepat.

Pemerintah dan masyarakat Sumatera Barat bersyukur, Menteri/Kepala Bappenas, ketika itu Adrinof A Chaniago yang urang awak, bisa meyakinkan Presiden Jokowi, agar mempercepat pembangunan Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. Bahkan, Presiden Jokowi pun sudah datang mengunjungi Mandeh dan melihat keindahan alam yang rancak dengan potensi wisata bahari yang bisa menjadi unggulan Indonesia ke depan.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya, dibutuhkan Rp1,5 triliun untuk pembangunan kawasan mandeh. Dan Mandeh bisa mendapat perhatian khusus karena bisa jadi unggulan wisata bahari di Indonesia Barat. Apalagi, jika dibanding berwisata ke Raja Ampat atau Bunaken, atau Bali, jauh lebih murah dan efektif ke Sumatera Barat.

Kementerian Pariwisata menyatakan wilayah Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pertengahan 2017 bakal menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dengan menonjolkan keindahan wisata bahari. Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah Sambudhy Thaib dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (11/6/2016), mengatakan setelah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menetapkan Mandeh sebagai sentra pariwisata, sekitar 400 hektar lahan di Mandeh akan dibangun pusat amenitas seperti hotel, balai pertemuan (convention hall), restoran, dan sebagainya.

“Kawasan Mandeh yang penuh pesona itu menjadi KEK Pariwisata dan akan menjadi seperti kawasan Nusa Dua, Bali. Dulu, Nusa Dua jauh dari Denpasar, jauh dari keramaian Kuta, dan minim fasilitas publik. Sekarang, Nusa Dua sudah berkelas dunia dan menjadi pusat konvensi," kata Hiramsyah.

Karena itu, sejak setahun terakhir sarana dan prasarana untuk melayani wisatawan, terus dibenahi dan dilengkapi. Membandingkan potensi Kawasan Mandeh dengan kawasan wisata bahari lain di Indonesia seperti Bunaken, Raja Ampat, dan Lombok di Indonesia dan atau Afrika Selatan, banyak keunggulan kawasan yang berjuluk “Sepotong Surga di Kawasan Barat Indonesia” ini.

Contoh kecil, supaya wisatawan bisa menikmati terumbu karang pada kedalam 1-3 meter, perlu pengadaan kapal/perahu yang berlantai kaca. Kemudian, dalam suatu diskusi dengan wartawan senior Kompas Bre Redana, yang sempat saya ajak berkunjung ke Mandeh, tahun 2014 lalu, dia juga memberi masukan/gagasan bagaimana kapal-kapal yang membawa wisatawan mengitari pulau-pulau di Kawasan Mandeh, dilengkapi dengan fasilitas kafe dengan sajian kuliner yang khas Sumatera Barat, seperti sate, nasi randang, nasi goreng patai, kawa daun, teh talua, gulai kapalo ikan, gulai jengkol dan sebagainya.

Harga makanan dan minuman, sebaiknya (harus) dicantumkan. Mimpi-mimpi lain yang perlu disegerakan, dan itu lebih penting, adalah memberi tanda batas, yang boleh dilewati kapal, supaya terumbu karang tidak rusak, baik karena dilanda kapal maupun lego jangkar. Perlu dibuat beberapa tambatan kapal permanen, sehingga nelayan tak buang sauh di kawasan terumbu karang. Harus didesain khusus (berlantai kaca) kapal kecil yang bisa penumpangnya melihat terumbu karang dari atas kapal dan atau mengitari kawasan hutan bakau (mangrove).

http://www.riaucitizen.com/
Atraksi Paramotor melayang-layang di Kawasan Mandeh, merupakan salah satu daya tarik wisatawan. (FotoYurnaldi)
Walaupun sarana dan prasarana Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh belum lengkap, namun setiap akhir pekan sudah ribuan wisatawan nusantara dan mancanegara yang menikmati pesona Mandeh. Bahkan, liburan Lebaran Idul Fitri yang baru lalu, dilaporkan Wakil Gubernur Sumatera Barat yang mantan Bupati Pesisir Selatan, Nasrul Abib, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 200.000 lebih. Wisatawan ramai karena kekuatan pesona Mandeh ada di bahari, wisata laut, pantai dan bawah laut.

Menuju Mandeh

Belum banyak wisatawan yang ingin menikmati sensasi pesona Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh melalui perjalanan laut. Artinya, ke lokasi Mandeh wisatawan cenderung lewat perjalanan darat, sejauh 65 km selatan Kota Padang atau 22 km utara Painan, Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini disebabkan terbatasnya perahu motor atau kapal yang melayani ke kawasan tersebut, kecuali disewa khusus. Atau juga karena minimnya moda transportasi laut. Jika kawasan Mandeh ingin cepat maju dan berkembang, investor di bidang moda transportasi laut ini sangat dibutuhkan.

Kapal Perang KRI Surabaya ketika meninggalkan Pelabuhan Telukbayur,
Padang, menuju Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. (Foto Yurnaldi)
Untuk memperpendek jarak, Pemerintah Pusat juga sudah anggarkan dana pembangunan jalan dari Sungai Pisang, Padang, ke Sungai Pinang, Kawasan Mandeh, sejauh 42 km. Proyek jalan jalur wisata ini tuntas tahun 2017 mendatang. Saya bersama ratusan penumpang Mandeh Joy Sailing untuk pertama kali menaiki Kapal Perang KRI Surabaya dari Palabuhan Telukbayur, Padang, menuju Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. Waktu tempuh ke Mandeh selama 1,5 jam dengan kapal perang itu. Menariknya, saya dapat menikmati laut dan keindahan pantai pulau-pulau yang dilewati.

Pulau Sikuai dengan pasir putihnya. (sumber foto: http://www.klikhotel.com)
Setelah 25 menit berlayar, saya menyaksikan keelokan kawasan wisata pulau Sikuai, yang berada di wilayah Kota Padang. Pulau Sikuai memiliki luas sekitar 44,4 Ha, termasuk pulau beriklim tropis sepanjang tahun dengan pantai pasir putih dan masih memiliki hutan tropis yang alami. Pesisir pantai di Pulau Sikuai ini tak kalah dengan putihnya pantai-pantai yang ada di Pulau Bali. Sebagai daerah tujuan wisata, pulau ini sudah dilengkapi dengan hotel resort berbintang. Resort di pulau ini menyediakan cottage, restoran, ruangan untuk rapat, dan kolam renang.

Jika Anda masih punya waktu berlibur di Ranah Minang Sumatera Barat, maka seusai menikmati pesona Kawasan Wisata Bahari Mandeh nantinya, silakan Anda berlibur khusus ke Pulau Sikuai. Melihat keindahan dan potensi pulau ini, saya yakin Anda tak sabaran untuk segera menyeburkan diri ke laut. Berada di pulau ini serasa seperti memiliki pulau pribadi.

Pesona Pulau Pasumpahan. (Sumber foto: http://www.klikhotel.com)
Berbagai kegiatan dapat Anda lakukan untuk menikmati keindahan Pulau Sikuai. Anda bisa melihat indahnya biota laut dengan snorkeling, berenang di pantai atau mendayung kano di tengah laut. Anda juga dapat bersepeda mengelilingi pulau, atau trekking ke hutan tropis.

Dalam perjalanan laut selanjutnya menuju Mandeh Anda juga bisa menikmati pesona Pulau Pasumpahan, yang juga berada di perairan Kota Padang. Pulau Pasumpahan berada sekitar 200 meter dari Pulau Sikuai. Pulau ini memiliki obyek wisata pantai pasir putih dengan terumbu karang yang juga masih perawan. Selain dari terumbu karang berbagai jenis ikan karang, wisatawan juga dapat menikmati ikan-ikan hias yang ada di daerah ini. Bagi yang suka diving, pulau ini juga menjadi rekomendasi untuk dikunjungi.

http://www.riaucitizen.com/
Indrawadi Mantari dan Mabruri Tanjung, dua penyelam senior di UBH. (Foto Yurnaldi)
Pasumpahan kini tengah diincar investor asing untuk dikembangkan sebagai obyek wisata yang diunggulkan di Kota Padang, Sumatera Barat.

Kemudian, tak jauh dari Pulau Pasumpahan, kita sudah memasuki Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. Anda bisa menyaksikan pesona Pulau Pagang, yang mungkin masih masih asing di telinga anda. Kawasan pulau ini masih perawan dan menawan. Jadi, jangan terlalu tinggi ekspekstasi terhadap fasilitas-fasilitas yang disedikan dari pulau ini. Walau demikian, Anda tak akan mungkin menyesal menikmati keindahan alam di pulau ini. Enjoy!

http://www.riaucitizen.com/
Fire sky sunset dengan rona merah membara. (Foto Yurnaldi)
Perjalanan saya dengan kapal perang berakhir karena tak ada dermaga untuk berlabuh bagi kapal seukuran kapal perang itu. Anda akan takjub melihat gugusan pulaupulau lain di Kawasan Mandeh ini. Perjalanan dilanjutkan dengan kapal berukuran kecil sekitar 20 menit dan merapat di Dermaga TPI Carocok. Dari TPI Carocok, difasilitasi tim penyelam Universitas Bung Hatta, Padang, saya dengan kapal nelayan bisa berkeliling mengitasi pulau-pulau sembari menikmati sensasi dan pesona kawasan Mandeh. Saking asyiknya dan ingin berlama-lama, saya tidak kembali ke padang dengan KRI Surabaya. Saya memilih tetap bersama para penyelam dari UBH, sembari menghimpun informasi dari Indrawadi Mantari dan Mabruri Tanjung, dua penyelam senior di UBH.

Setelah mentari senja merah merona di bibir cakrawala Samudera Hindia, saya menuntaskan perjalanan di Kawasan Wisata Terpadu Mandeh. Fire sky sunset dengan rona merah membara seperti yang saya saksikan, hanya bisa didapat di daerah-daerah yang dilalui garis Khatulistiwa seperti kawasan Mandeh. Sahabat saya Andrinof Chaniago berucap; “Kalau lihat sunset di Mandeh, sudah kayak surga. Makanya saya ngotot betul ke pemerintah daerah supaya bereaksi cepat untuk memanfaatkan anugerah ini.”

http://www.riaucitizen.com/
Jembatan Akar, satu-satunya di dunia, jangan Anda lewatkan. (Foto: Yurnaldi)
Alhamdulillah, perjalanan ke Mandeh adalah perjalanan yang luar biasa. Jika selama ini Anda yang pecinta wisata bahari menghabiskan waktu dan uang untuk mengunjungi keindahan dan pesonan bahari di timur Indonesia, mulai dari Bali hingga Raja Ampat, maka saatnya sekarang agendakan perjalanan ke wilayah barat Indonesia, yakni ke negeri yang budayanya unik, penduduknya ramah, perempuanya cantik-cantik, dengan sistem kekerabatan matrilineal, yaitu Ranah Minangkabau, Sumatera Barat. Dijamin indak (tidak) kalah keren dibandingkan Raja Ampat, Lombok, atau Bali sekalipun. Mungkin Anda masih awam dengan Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh, tapi jangan underestimate dulu sebelum Anda melihat keindahannya dengan mata kepala sendiri.

Oiiya, usai menikmati pesona laut dengan segala aktivitas seperti berjemur di pantai, memancing ikan, menyelam, terjun bebas, menyusuri hutan bakau (mangrove), dan mengitari pulau-pulau, serta menikmati mentari tenggelam di cakrawala Samudera Hindia, sebelum pulang Anda esok harinya, jangan sampai tidak menikmati keindahan dan keunikan Jembatan Akar yang merupakan satu-satunya di dunia.

Berada tak jauh dari Mandeh, obyek wisata Jembatan yang terbuat dari akan pohon asam kumbang dan akar pohon beringin itu sudah berusia sekira 110 tahun, lho. Ini barangkali sebuah keunikan dan keajaiban di dunia yang mesti Anda kunjungi.

Begitu juga, jangan sampai tak bawa oleh-oleh berupa makanan khas dan bahan busana khas seperti batik tanah liek Pesisir Selatan.

penulis : Yurnaldi
Wartawan Utama, Pendiri dan Ketua Forum Wartawan Pariwisata Sumatera Barat 2005

Sekelompok wisatawan nusantara, anak lelaki remaja, ada 13 orang, bergantian naik tebing bebatuan berkemiringan 80-90 derajat dengan bantuan dua utas tali. Sampai di puncak ketinggian sekira 25 meter setelah istirahat sejenak, satu per satu ambil ancang- ancang. Wauw…mereka terjun bebas, ternyata. Uji adrenalin, begitu cepat berlalu. Hanya dalam hitungan detik; brurrrr... mereka terjun ke lautan sedalam lebih kurang 30 meter.

Post a Comment

Powered by Blogger.