KUANTAN SINGINGI, TELUK KUANTAN - Selain memiliki puluhan objek wisata alam, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) Provinsi Riau juga memiliki beragam budaya dan tradisi unik. Tradisi yang cukup fenomenal dan telah mendunia adalah festival pacu jalur. Festival ini digelar pada bulan Agustus setiap tahunnya.
Selain pacujalur, daerah ini juga memiliki tradisi yang tak kalah hebatnya. Salah satunya tradisi "perahu baganduang" yang berasal dari masyarakat Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuansing. Tradisi ini digelar pada perayaan idul fitri setiap tahunnya. Pada tahun 2017 ini, festival perahu baganduang diadakan pada hari Rabu (28/6/17) kemarin. Saat pembukaan festival perahu baganduang kemarin, Wakil Gubernur Riau, Wan Tamrin Hasyim juga turut hadir menyaksikan.
Wan Tamrin dalam sambutannya menyebutkan, perahu baganduang ini merupakan salah satu ikon wisata Riau. Dia juga berpesan agar tradisi ini budaya ini terus dikembangkan dan dilestarikan sepanjang masa. Selain itu kata Wan Tamrin, Pemerintahan Provinsi Riau juga akan turut andil dalam mempromosikan tradisi ini ke seluruh nusantara bahkan mancanegara melalui media massa.
Sementara itu, Bupati Kuansing, Drs. H. Mursini mengakui, festival perahu baganduang merupakan tradisi budaya masyarakat Kenegerian Lubuk Jambi, yang memiliki sejarah panjang. Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Kuansing dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi ini, Bupati Mursini menyebutkan festival ini telah dianggarkan dalam APBD Kuansing.
Sekedar diketahui, Festival Perahu Baganduang merupakan sebuah atraksi budaya khas masyarakat Kecamatan Kuantan Mudik berupa parade sampan tradisional yang dihiasi berbagai ornamen dengan warna-warni yang menarik. Festival menghias sampan tradisional ini diselenggarakan pada saat memasuki Hari Raya Idulfitri. Perahu baganduang mempunyai arti dua atau tiga perahu yang dirangkai/diikat menjadi satu (diganduang) menggunakan bambu dan dihiasi oleh berbagai simbol adat yang berwarna-warni.
Tiap desa yang ada di daerah Kuantan Mudik dalam festival ini biasanya mengirimkan perwakilan perahunya untuk dinilai. Dewan jurinya terdiri dari tokoh adat dan ninik mamak yang akan menilai keindahan dan kelengkapan adat yang ada pada perahu peserta. Perahu peserta yang memiliki kriteria lebih, dari sisi keindahan dan adat, akan ditetapkan sebagai pemenang.
Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi.
Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idulfitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritual mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idulfitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara oleh masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Festival Perahu Baganduang.(dow)
source : www.beritakuansing.com
Post a Comment