ROKAN HILIR, BAGANSIAPI API - Masyarakat di Bagansiapiapi masih menjaga tradisi hantaran belanja. Hampir sama dengan sejumlah masyarakat melayu lainnya di Indonesia, hantaran ini langkah awal bagi pasangan muda mudi menuju jenjang pernikahan. 

http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Rohil
Menyaksikan prosesi hantaran belanja, Selasa (29/3/16), untuk pihak perempuan, Novita Sari di Jalan Gajah Mada, Bagansiapiapi dan pihak laki-laki Alfandri Ramdhan di Jalan Al Kausar. 

Pihak perempuan, mulai pagi hari telah bersiap, menyediakan makanan, mulai dari pecal, agar-agar serta bermacam makanan tradisional, termasuk tenda dan kursi serta sound sistem. 

Pihak perempuan menunggu kedatangan pihak laki-laki, menjelang itu, sejumlah tamu dan kerabat berdatangan, sesekali, pihak perempuan, Novita Sari yang telah berdandan keluar rumah bercengkerama dengan kerabat dekatnya. 

Kemudian, saat yang dinanti-nanti datang, rombongan pihak laki-laki terlihat sudah mendekati rumah pihak perempuan, maka musik rebbana dengan judul lagu marhaban berkumandang, pada barisan depan terlihat dua orang anak-anak memegang hantaran, salah seorangnya memegang tepak. 

Dibelakangnya menyusul hantaran lainnya dengan ragam dan jenis yang banyak, mulai bedak, patung pengantin dalam kaca, sepatu, pakaian, kue, kain songket, kue, sampai uang serta perlengkapan lain. 

http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Rohil
Untuk uang, memang tidak diberitahu secara gamblang berapa jumlahnya, namun jika mendengar bisik-bisik tamu yang datang, kalau biasanya hantaran uang itu bervariasi, tergantung kemampuan pihak lak-laki, ada yang Rp25 juta, Rp50 juta. 

Hantaran yang datang tersebut diiringi keluarga dan kerabat pihak laki-laki, sebagian mereka terutama kaum ibu masuk kedalam rumah, sisanya hanya duduk dikursi dibawah tenda yang disediakan pihak perempuan, sambil menikmati makanan tradisional yang telah disediakan. 

Didalam rumah, ninik mamak berunding, dan perundingan mereka tidak menggunakan pengeras suara, sehingga apa isi perundingan tidak diketahui secara pasti, namun diakhir acara, dilakukan pembacaan doa, baru menggunakan pengeras suara, sebagai pertanda acara hantaran belanja selesai. 

Pihak laki-laki ternyata pulang tidak dengan tangan kosong, mereka juga telah dibekali sejumlah bingkisan oleh pihak perempuan, termasuk kue besar beraneka ragam dan buah-buahan. 

Lalu, apakah semua laki-laki di Bagansiapiapi bisa menerima tradisi mereka yang cukup memberatkan bagi kalangan yang kurang mampu? 

Ternyata, tidak, Aris, mengaku kurang setuju dengan tradisi hantaran belanja yang sudah membiasakan uang hantaran yang cukup besar, makanya dia mengambil sikap untuk mencari istri diluar Bagansiapiapi. 

Dia mendengar, kebiasaan di Bagansiapiapi, untuk uang hantaran saja minimal Rp25 juta, belum biaya lainnya. “Kalau bagi orang miskin, hantaran tersebut sangat berat,” katanya. 

Namun Aris sangat menjunjung tinggi tradisi Bagansiapiapi agar dipelihara seterusnya, tapi kalau bisa jangan sampai memberatkan pihak manapun.(dow/rit)

Masyarakat di Bagansiapiapi masih menjaga tradisi hantaran belanja. Hampir sama dengan sejumlah masyarakat melayu lainnya di Indonesia, hantaran ini langkah awal bagi pasangan muda mudi menuju jenjang pernikahan.

Post a Comment

Powered by Blogger.