BERITA RIAU, KEP MERANTI - Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai penghasil sagu terbesar di Indonesia sangat berpotensi dalam mengembangkan bermacam-macam jenis pangan lokalnya. Mulai dari berbahan olahan sagu mentah berbentuk tepung menjadi pangan seperti mie sagu, sagu rendang, kerupuk sagu, dan berbagai makanan lainnya.

http://www.riaucitizen.com/search/label/Berita%20Meranti
Mie Sagu Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti
Dalam mengembangkan, berbagai kelompok usaha kecil di Meranti tetap terus bergeliat agar produksi pangan lokal bisa menembus ke daerah lain. Namun, upaya itu belum terwujud bagi kelompok usaha mi sagu Maju Bersama di Desa Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti.

Andi (25) salah satu tenaga kerja pengolah mi sagu mengatakan, kelompok usaha yang diketuai Anwar Ridwan itu sudah berdiri dan mulai beroperasi sejak 2000 silam. Namun dalam segi pemasaran, kata Andi kelompok usaha tersebut masih dinilai lemah.

“Iya, kelemahan kami hanya pada pemasaran. Karena hingga saat ini masih dilakukan pada kawasan lokal saja, seperti di kedai atau pasar yang selalu menjadi langganan kami,” kata Andi, Ahad (27/12).

Menurut Andi, kelompok usaha mi sagu yang digandrunginya itu memiliki misi ingin mengekspor hingga keluar daerah. Namun,  hal itu belum bisa terwujud dikarenakan salah satu kendala tidak memiliki izin peredaran ke kawasan luar Meranti. “Iya paling jauh mi sagu kami hanya didistribusikan ke Batam dan Bangkinang. Itupun hanya karena melalui pesanan orang, bukan pemasaran resmi,” ungkap Andi.

Dikatakannya kelompok usaha Maju Bersama itu dalam satu harinya bisa memproduksi maksimal 200 kg mi sagu, minimal 100 kg. Dengan menggunakan alat rakitan sendiri dari mesin ampia pembuat kue.

“Sebelumnya kami masih manual, menggerakkan mesin ampia dengan tangan. Tapi karena produksi semakin besar, terpaksa kami harus merombaknya dengan cara digabungkan dengan mesin berdaya listrik,” tutur Andi.

Kepala Desa Banglas Kecamatan Tebingtinggi Samsurizal ketika ditemui, Ahad (27/12) waktu menuturkan kelemahan pada segi pemasaran pelaku kelompok usaha mi sagu Maju Bersama Desa Banglas tersebut. 

Menurutnya untuk melakukan pemasaran atau pengeksporan hingga keluar daerah harus memiliki izin peredaran dan kelayakan kesehatan makanan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

Penyuluh dari Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kepulauan Meranti Tommy mengatakan, pihak dinas telah memberikan bantuan berupa 1 unit mesin pengolah mi sagu dan alat pembantu pengolahan lainnya kepada kelompok usaha Maju Bersama Desa Banglas.(dow/rit)

Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai penghasil sagu terbesar di Indonesia sangat berpotensi dalam mengembangkan bermacam-macam jenis pangan lokalnya. Mulai dari berbahan olahan sagu mentah berbentuk tepung menjadi pangan seperti mie sagu, sagu rendang, kerupuk sagu, dan berbagai makanan lainnya. Dalam mengembangkan, berbagai kelompok usaha kecil di Meranti tetap terus bergeliat agar produksi pangan lokal bisa menembus ke daerah lain. Namun, upaya itu belum terwujud bagi kelompok usaha mi sagu Maju Bersama di Desa Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti. Andi (25) salah satu tenaga kerja pengolah mi sagu mengatakan, kelompok usaha yang diketuai Anwar Ridwan itu sudah berdiri dan mulai beroperasi sejak 2000 silam. Namun dalam segi pemasaran, kata Andi kelompok usaha tersebut masih dinilai lemah.

Post a Comment

Powered by Blogger.