BERITA RIAU, LIFESTYLE - Meski para ahli kesehatan telah menguraikan bahaya rokok bagi kesehatan, tapi nyatanya banyak perokok yang tetap merokok sampai tua dan sehat-sehat saja. Tim ilmuwan dari Inggris berhasil mengungkap adanya faktor lain yang berpengaruh, yakni faktor genetik.
Selain itu, ada perbedaan genetik yang berpengaruh pada apakah seseorang akan kecanduan rokok atau tidak. Pemahaman akan varian gen ini diketahui akan membantu dokter melakukan pengobatan pada penyakit paru, seperti Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) serta membantu kesuksesan upaya berhenti merokok.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof.Ian Hall dari Universitas Nottingham menemukan profil DNA tertentu yang menurunkan risiko PPOK, termasuk bronkhitis dan emfisema. Gen ini berpengaruh pada cara paru-paru berkembang dan merespon cedera.
Di lain pihak, ada juga DNA tertentu yang justru meningkatkan risiko PPOK sehingga ini bisa menjelaskan mengapa ada orang yang terkena penyakit ini walau tidak pernah merokok sama sekali.
Meski begitu, hasil penelitian ini tidak lantas menjadi "lampu hijau" bagi Anda untuk melanjutkan kebiasaan merokok. "Merokok adalah faktor risiko terbesar untuk penyakit PPOK. Kebanyakan, tapi tidak semua, perokok menderita penyakti ini. Faktor genetik berperan, seperti halnya dalam kecanduan rokok atau tidak," katanya.
Hall dan juga rekannya berhasil mengenali lima bagian dari DNA yang terkait dengan perokok berat. Bagian itu memengaruhi fungsi otak dalam merespon nikotin. Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisa data genetik dari profil medis 500.000 orang yang didaftarkan antara tahun 2006-2010 saat mereka berusia 40-69 tahun.(dow/tbp)
Post a Comment