NASIONAL, JAKARTA - Industri jasa konsultansi non konstruksi selama ini belum tergarap dengan baik sehingga potensinya boleh dibilang masih banyak terbengkalai. Selama ini orang lebih mengenal jasa konsultansi konstruksi daripada konsultan lainnya, padahal konsultan non konstruksi memiliki ceruk yang tidak kecil.  

Menurut Ketua Umum DPP Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) DKI Jakarta, Peter Frans, selama ini jasa konsultansi non konstruksi nyaris terpisah dengan jasa konsultansi konstruksi. Padahal seharusnya ada sinergi di antara keduanya. “Kami ingin para penyelenggara jasa konsultansi non konstruksi bersama-sama kami bahu membahu menggarap pasar yang ada dan melakukan edukasi agar bisnis ini semakin menarik prospeknya,” ungkap Peter Frans.

Ajakan kepada para pelaku jasa non konstruksi ini sesuai dengan kapasitas INKINDO, yang saat ini sebagai satu-satunya asosiasi konsultan yang telah memperoleh akreditasi dari Kadin Indonesia dalam pelaksanaan sertifikasi jasa konsultan non konstruksi. Diakuinya, selama ini INKINDO kurang melakukan pengembangan di bidang Jasa Konsultansi Non Konstruksi, padahal anggota INKINDO tidak hanya di bidang Jasa Konstruksi. 

Secara nasional, jumlah perusahaan konsultan teregister adalah 8.320 perusahaan, 934 perusahaan di antaranya adalah perusahaan konsultan yang berdomisili dan tercatat sebagai anggota DPP INKINDO DKI Jakarta. Dari jumlah itu, sekitar 600 lebih perusahaan memiliki SBU Non JK, dan satu perusahaan pada umumnya memiliki antara 4-8 bidang jasa konsultansi non konstruksi.  Jumlah ini bisa mengindikasikan potensi sumber daya tenaga ahli di berbagai bidang non konstruksi yang dimiliki oleh perusahaan konsultan di Jakarta. 

Bila market untuk jasa konsultansi non konstruksi ini digarap dan dilembagakan, maka pasarnya akan semakin terbuka lebar. Mengingat jumlah sektor di luar konstruksi yang sangat beragam dan luas, maka kebutuhan akan layanan jasa konsultan non Konstruksi juga sangat luas dan beragam. 

Selama ini terdapat beberapa jasa konsultan yang memiliki peran besar dalam perkembangan pembangunan, misalnya konsultan survey, politik, komunikasi, transportasi, telematika, perindustrian dan perdagangan, pertambangan dan energi, keuangan, pendidikan, kesehatan, rekayasa industri,  wisata, dll.  

Namun selama ini para pengguna jasa konsultan non konstruksi masih sering mengontrak konsultan asing. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa karena pertimbangan-pertimbangan prestise dan komersial,  sektor swasta lebih banyak menggunakan perusahaan konsultan asing daripada konsultan nasional untuk layanan yang seharusnya bisa dilakukan oleh perusahaan konsultan nasional. 

Untuk itulah DPP Inkindo DKI menggelar seminar dengan tema “Peluang Usaha Jasa Konsultansi Non Konstruksi: Potensi dan Peran Serta Jasa Konsultansi Non Konstruksi dalam Akselerasi  Pertumbuhan Ekonomi Nasional”. Acara ini digelar di Hotel Century Park, Jl Pintu Dua, Senayan, Jakarta, Selasa, 26 September 2017.

Dengan acara ini, Inkindo berharap semua konsultan dari berbagai bidang dapat bersatu padu menata jalan yang lempang bagi industri ini dalam payung INKINDO. “Banyak hal yang bisa dilakukan dengan asosiasi, misalnya menyikapi regulasi baru, menyesuaikan diri dengan e-tender dan lain-lain,” tambah Peter.

Menurut Peters, INKINDO juga berkepentingan memberikan kontribusi agar tercipta iklim persaingan yang sehat di antara para penjual jasa konsultansi. Dalam asosiasi, kepentingan para pelaku jasa konsultan akan semakin teradvokasi. Misalnya dalam hal mengantisipasi beberapa sistem pengadaan baru, adanya sistem panel untuk proyek-proyek, dan lain-lain. (rls)

Untuk Informasi Lebih lanjut Hubungi:
Sudjarwo Marsoem 08118204354

Industri jasa konsultansi non konstruksi selama ini belum tergarap dengan baik sehingga potensinya boleh dibilang masih banyak terbengkalai. Selama ini orang lebih mengenal jasa konsultansi konstruksi daripada konsultan lainnya, padahal konsultan non konstruksi memiliki ceruk yang tidak kecil.

Post a Comment

Powered by Blogger.